Oemah Jamur

Oemah Jamur
Inovasi Budidaya Jamur Tiram Putih

Bisnis UKM

Bisnis UKM
Informasi Peluang Bisnis UKM di Indonesia

Pengusaha Muslim

Pengusaha Muslim
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Pertanian Indonesia

Pertanian Indonesia
Informasi Seputar Pertanian Indonesia dapat didapatkan di Sini

Demonstrasi Dalam Pandangan Islam

Minggu, 27 Desember 2009


Baru-baru ini penduduk negeri Indonesia telah dirundung kegundahan :( baru, yaitu naiknya harga BBM (bahan bakar minyak) yang berakibat pula dengan melonjaknya harga bahan pokok dan lainnya. Sementara itu, sebagian masyarakat dan aktivis pelajar tidak menerima keputusan pemerintahan tersebut. Mereka menyikapinya dengan mengerahkan massa dan merapatkan barisan dalam rangka mengadakan demonstrasi (unjuk rasa) dan menggembor-gemborkan :t kejelekan pemerintah di atas mimbar. Ujung-ujungnya, terjadilah tindakan anarkis dan kekerasan serta perusakan. Itulah sekelumit fenomena yang dapat kita rekam di tengah-tengah masyarakat.

Ketahuilah wahai saudaraku, tindakan-tindakan ini tidaklah menyelesaikan persoalan melainkan justru memperuncing dan memperumit masalah. Ini termasuk penyakit jiwa, apabila melihat sesuatu yang tidak selaras dengan kehendaknya dan tidak disepakati oleh hawa nafsunya maka muncullah di dalam jiwa keluh kesah. Memang itulah sifat bawaan manusia, sebagaimana firman Alloh: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij: 19-21)

Apakah demonstrasi termasuk jalan :t dakwah?

Syaikh Abdul-Aziz bin Abdulloh bin Baz pernah ditanya: “Apakah demonstrasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan wanita untuk menentang pemimpin bisa dianggap sebagai suatu jalan dakwah? Dan apakah orang yang mati karenanya bisa dianggap syahid fi sabilillah?”

Beliau menjawab: “Demonstrasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan wanita bukanlah jalan keluar. Bahwa saya beranggapan bahwa hal tersebut termasuk sebab-sebab musibah, kejelekan, kebencian manusia dan terjadinya permusuhan antar manusia yang tidak sesuai dengan kebenaran. Adapun cara-cara yang disyari’atkan adalah: menulis surat, memberikan nasehat, serta berdakwah kepada kebaikan dengan jalan yang telah ditetapkan dalam syari’at yang tentunya telah dijelaskan caranya oleh ahli ilmu, para sahabat Rosululloh dan orang-orang yang mengikuti beliau dalam kebaikan yakni dengan menulis surat dan berhadapan langsung dengan pemimpin untuk memberikan nasehat tanpa menyebarluaskan perbuatan yang mereka lakukan di atasa mimbar sehingga menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan. Hanyalah Alloh yang menjadi :L penolong.” (Majmu’ Fatawa Samahatusy syaikh Abdul Aziz bin Baz)

Demonstrasi bukanlah jalan keluar dari masalah

Tidak tersembunyi lagi bahwa mafsadat (kerusakan) yang diakibatkan dengan demonstrasi amatlah besar. Dan demonstrasi bukanlah jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh rakyat terhadap pemerintah. Jika memang bertujuan menasehati pemerintah maka bukan seperti ini caranya, melainkan yang wajib adalah menasehati mereka dengan cara yang syar’i dan ittiba’ kepada salafush sholih, yaitu menasehati dengan cara sembunyi-sembunyi (tidak didepan publik), bukan dengan demonstrasi, bukan dengan mengerahkan massa sambil membawa spanduk bertuliskan kritik terhadap pemerintah, wal-,iyadzul billah. :t Cukuplah sabda Rosululloh ini menjadi bahan renungan kita dalam masalah ini: “Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa pada suatu masalah, maka janganlah dia tampakkan secara terang-terangan, melainkan hendaknya ia pegang tangannya (sang penguasa) dan menyendiri dengannya. Kalau dia (penguasa) menerima maka itu bagus, namun jika tidak’ maka dia telah menunaikan kewajibannya memberikan nasehat.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya: 3/403 dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Zhilalul-Jannah: 1096)

Komentar para ulama tentang dampak buruk demonstrasi

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin mengatakan: “Sesungguhnya demonstrasi adalah perkara baru yang tidak dikenal pada zaman Rosululloh, tidak pula pada zaman Khulafaur Rosyidin dan para sahabat lainnya. Di dalamnya terdapat kericuhan dan kekacaubalauan, keributan, dan gangguan keamanan, sehingga menyebabkan hal ini terlarang. Di samping itu juga terdapat perpecahan kaca, pintu dan selainnya, begitu juga ikhtilath (camput baur antara laki-laki dan wanita) serta mengaibakan kerusakan, kemungkaran, dan yang semisalnya.” (al-jawab al-Abhar: 75)

Syaikh al-Allamah Ahmad bin Yahya Muhammad an-Najmi, tatkala mengomentari sebuah kelompok dakwah yang menyimpang dari syari’at beliu mengatakan:

“Tanzhim (organisasi) berupa gerakan pengerahan massa dan demonstrasi (unjuk rasa), islam tidak mengenal tindakan semacam ini dan tidak pula mengakuinya. Ini merupakan perkara baru. Bahkan demonstrasi adalah perbuatan orang-orang kafir yang telah ditiru oleh kebanyakan kaum kita (umat Islam). Lantas apakah setiap kali orang-orang kafir melakukan suatu perbuatan mengharuskan kita menyetujui perbuatan mereka?
Sesungguhnya islam ini tidak akan menang apabila diraih dengan cara pengerahan dan unjuk rasa. Namun, Islam akan menang dengan jihad yang dibangun di atas aqidah yang benar dan jalan yang ditempuh oleh Rosululloh Muhammad Saw. Sesungguhnya para rosul dan pengikut mereka telah mendapatkan berbagai macam cobaan, namun mereka tidaklah diperintah melainkan agar bersabar.” (al-Maurid al-Adzbu az-Zulal: 225)

Solusi terbaik dalam menyikapi keputusan pemerintah :L

Mungkin timbul tanda tanya di benak kita: “Bila memang pemerintah mempunyai sikap yang tak selaras dengan kita, tidak berhukum dengan hukum Alloh atau mungkin telah berbuat kezholiman dan lain-lainnya yang bersifat kontradiktif (berlawanan) dengan apa yang kita inginkan, lantas bagaimana sikap kita terhadap pemimpin yang demikian? Bolehkah kita memberontak atau mengerahkan massa untuk berdemonstrasi terhadap mereka?” Jawabnya, sikap yang terbaik bagi kita adalah sabar dan tabah. :k Janganlah kita terbawa oleh emosi dan sikap gegabah/serampangan yang kerap kali menjadikan pelakunya kebablasan tak terkendalikan diri sehingga terjauhkan dari bimbingan cahaya ilahi dan menyimpang dari rel syar’i serta meniadakan keikhlasan karena menuntut bagian dari dunia untuk pribadi. Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Alloh merahmatimu- bahwa sekalipun Islam memerintahkan kepada setiap pemimpin untuk berlaku adil dan bijaksana dalam memimpin dan memakmurkan rakyatnya, namun apabila tidak demikian keberadaannya maka Islam memerintahkan kita agar tetap mematuhi perintahnya selagi tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Kita tidak diperkenankan memberontak demi menghindari timbulnya kerusakan yang lebih besar.

Coba kita renungkan bersama pesan Nabi: “Dan akan dipimpin umat ini oleh pemimpin yang hati mereka adalah hati setan yang merasuk ke tubuh manusia.” Sahabat Hudzaifah bin al-Yaman bertanya: “Wahai Rosululloh, apa yang harus aku lakukan jika menjumpainya?” Beliau menjawab: “Dengarkan dan taati pemimpin itu, walaupun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas, tetap dengarkan dan taatilah.” (HR. Muslim: 4785)

Al-Hafizh Ibnu Rojab al-Hanbali menjelaskan: “Dua kalimat ini menghimpun kebahagian dunia dan akherat. Wasiat taqwa merupakan kunci kebahagiaan akherat, sedangkan taat kepada pemimpin merupakan kunci kebahagiaan dunia.” (Jami’ul-Umul wal-Hikam: 2/116-117)

Al-Imam al-Mubajjal Ahmad mengatakan: “Penguasa tidak boleh ditentang karena pedangnya terhunus.” (al-Adab asy-Syar’iyyah: 1/197)

Jalan menuju negeri yang aman dan tentram

Semua orang pasti menginginkan hidup :) bahagia, negeri yang aman dan tenteram jauh dari huru-hara, serta memiliki pemimpin ideal yang mampu mengayomi rakyatnya. Maka langkah untuk menggapainya adalah dengan meninggalkan segala bentuk kezholiman dan kembali kepada jalan Alloh, sebagaimana ditandaskan dalam ayat al-Qur’an: “Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman lagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al-An’am: 129)

Syaikh al-Allamah Abdurrohman bin Nashir as-Sa’di berkata: “Apabila hamba banyak melakukan kezholiman dan dosa-dosa maka Alloh akan menjadikan bagi mereka para pemimpin zholim yang mengajak kepada kejelekan. Sebaliknya, apabila mereka baik, sholih dan istiqomah dalam ketaatan maka niscaya Alloh akan mengangkat bagi mereka para pemimpin yang adil dan baik.” (Tafsir al-Karimah-Rohman: 239)

Jadi yang terjadi di negeri kita tercinta ini merupakan ketetapan takdir yang sudah ditentukan oleh Alloh, semestinya kita menyikapinya dengan sabar, tenang, tawakkal kepada Alloh. Itulah yang diwajibkan oleh sya’riat, bukan menyikapi dengan sibuk mencaci pemerintah, kudeta, emosi :@ , demonstrasi, dan tindakan anarkis yang keluar dari jalur Islam. Namun, tidak berarti kita harus bersikap pasrah, pesimis, mudah putus asa, dan mengeluh. Akan tetapi, kita harus memperbaiki nasib dan keadaan, serta bersikap optimis hanya saja kita harus tetap dalam koridor syar’i, sebagai sebagai perwujudan firman Alloh: “Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka.” (QS. Ar-Ro’d: 11)

Demikianlah, semoga Alloh menjadikan negeri Indonesia ini sebagai negeri yang aman sentosa dan menjadikan pemimpin-pemimpinnya berlaku adil kepada rakyatnya, menjauhkan mereka dari perbuatan syirik, bid’ah, dan maksiat. Itulah yang menjadi harapan kita semua. :L Allohu A’lam.


Mukhlis Abu Dzar


Dinukil dari buletin alfurqon Volume 4 no.3 terbit: Sya’ban 1429 H

0 komentar:

Posting Komentar

 

2009 ·Hudamagazine by TNB