Oemah Jamur

Oemah Jamur
Inovasi Budidaya Jamur Tiram Putih

Bisnis UKM

Bisnis UKM
Informasi Peluang Bisnis UKM di Indonesia

Pengusaha Muslim

Pengusaha Muslim
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Pertanian Indonesia

Pertanian Indonesia
Informasi Seputar Pertanian Indonesia dapat didapatkan di Sini

Juwairiyah bintu Al Harist, “Jelita Penuh Berkah”

Minggu, 27 Desember 2009


Pertengahan tahun ke 5 hijriah terjadi perang Khandaq. :@ Orang-orang Qurays dibantu bangsa Arab yang lain nekat menyerbu kaum muslimin dari luar Madinah. Sementara dari dalam, orang-orang Yahudi menghantam kaum muslimin dari jantung kota. Taknik perang parit yang belum dikenal bangsa Arab, ternyata ampuh untuk menahan laju serangan ribuan pasukan musuh. Dengan pertolongan Alloh, pasukan Quraisy yang dibantu oleh Bani Kinanah, Warga Tuhamah, suku Ghatafan dan Nejed kocar-kacir. Kaum Yahudi pun menerima balasan yang setimpal atas pengkhianatan yang mereka lakukan.

Beberapa bulan setelah itu terdengar kabar bahwa Bani Mushtaliq mengumpulkan pasukan untuk memerangi kaum muslimin. Mereka dipimpin oleh Harits bin Dhirar. Rosululloh bersama para sahabat menyambut seruan perang tersebut. Kedua pasuka berhadapan di sebuah lembah penuh air ’Muraisi.’ Tidak berapa lama mereka saling melepas anak panah. Kemudian Rosululloh memerintahkan pasukan untuk melancarkan serangan secara serentak. Cara ini sangat :D efektif, sehingga pasukan muslimin menundukkan pasuka Musyrik. Cukup banyak pasukan musuh yang tewas, sedangkan para wanita dan anak-anak ditawan, binatang ternak dijadikan rampasan perang. Diantara tawanan ada Juwairiyah binti Al Harist. Ia adalah secantik-cantik :L wanita. Tatkala itu ia masih berumur 20 tahun.

Hasil undian Juwairiyah adalah bagian untuk Tsabit bin Qais bin Syamas. :D

Juwairiyah menulis untuk Tsabit bin Qais bahwa dia hendak menebus dirinya. Tsabit sepakat. Juwairiyah pun segera mendatangi Rosululloh yang saat itu sedang berada bersama Aisyah, Ummul Mukminin. ’Aisayah mengisahkan pengalaman pribadinya tentang Juwairiyah.

”Juawairiyah adalah seorang perempuan yang manis :k dan cantik, tiada seorang pun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati :L kepadanya. Tatkala juwairiyah meminta kepada Rosululloh untuk membebaskan dirinya sedangkan –demi Alloh- aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa :( cemburu karena menduga bahwa Rosululloh akan melihat sebagaiman yang aku lihat,” ungkapnya.

” Ya Rosululloh, aku putri Harist bin Dhirar, pemimpin Bani Mushtaliq. Aku kini dalam kuasa Tsabit bin Qois. Aku telah sepakat dengannya untuk menebus diriku. Aku ke sini untuk meminta bantuanmu,” Pinta Juwairiyah dengan gemetar dan :f ketakutan.

Maka menjadi ibalah :k hati Nabi Saw atas kondisi tersebut.

”Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?”tanya Rosululloh Saw, ”Apakah itu ya Rosululloh ?” Jawabnya dengan sopan.

”Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu !.” Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagian :L sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaannya.

”Mau Ya Rosululloh”

Maka Rosululloh Saw bersabda, ”Aku telah melakukannya.”

’Aisyah, Ummul Mukminin berkisah, ”Berita tersebar di tengah khalayak bahwa Rosululloh telah menikahi Juwairiyah binti al-Harist bin Adi Dhirar. Maka orang-orang berkata, ”Mereka (Bani musthaliq) adalah besan Rosululloh.” Maka mereka melepaskan tawanan perang dari Bani Musthaliq yang mereka bawa. Pernikahan Rosululloh dengan Juwairiyah menjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Musthaliq. Aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah.”

Seletah beberapa hari, Al Harist bin Abi Dhirar, ayah Juwairiyah datang menemui Rosululloh, Ia belum tahu kalau anaknya telah diperistri oleh Nabi.

”Anakku tidak berhak ditawan karena terlalu mulia dari hal itu,” serunya. :@

”Bagaimana pendapatmu seandainya anakmu disuruh memilih diantara kita, apakah anda setuju ?” ucap Nabi memberi pilihan.

”Baik,” katanya

Kemudian Al Harist bin Abi Dhirar mendatangi Juwairiyah dan menyuruh dirinya untuk memilih antara dirinya dengan Rosululloh.

”Aku memilih Alloh dan Rosul-Nya,” sebuah jawaban yang menunjukkan bahwa iman telah merasuk ke lubuk hati Juwairiyah. Jawaban seorang ibunda kaum Muslimin. :L

Juwairiyah menutup usianya saat berumur 65 tahun. Ia wafat pada zaman Muawiyah di Madinah tahun 56 H, dan dishalatkan oleh pemimpin Madianah waktu itu, Marwan bin Hakam. Semoga Alloh selalu merahmatinya. :y


Dikutip dari majalah elfata hal.76-77 edisi 11 vol.08 2008 :L


0 komentar:

Posting Komentar

 

2009 ·Hudamagazine by TNB