Oemah Jamur

Oemah Jamur
Inovasi Budidaya Jamur Tiram Putih

Bisnis UKM

Bisnis UKM
Informasi Peluang Bisnis UKM di Indonesia

Pengusaha Muslim

Pengusaha Muslim
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Pertanian Indonesia

Pertanian Indonesia
Informasi Seputar Pertanian Indonesia dapat didapatkan di Sini

Mengapa harus “manhaj salaf” saja?

Minggu, 27 Desember 2009


Sungguh sangat banyak dalil dari Kitabulloh dan sunnah Rosululloh serta perkataan para sahabat yang menjelaskan tentang pujian terhadap orang-orang yang mengikuti jalan ulama salafush sholih (sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in) dan celaan terhadap orang-orang yang tidak melakukan hal demikian. Dan ini merupakan bukti yang menguatkan kewajiban untuk mengikuti manhaj salaf dan mengikuti bahwa dia merupakan jalan keselamatan dunia akherat. :D

Perhatikan firman Alloh (artinya):

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal didalamnya. Itulah kemenangan yang besar (QS. At-Taubah: 100)

Kekhususan Manhaj Dakwah Salafiyyah

Syaikh Salim bin ‘Id al-Hilali telah memaparkan dengan luas tentang kekhususan manhaj dakwah salafiyyah di dalam kitabnya Bashoir Dzawi asy-Syarof, diantaranya ialah:

1. Kejelasan manhaj-nya dan terang dalam berdakwah

Alloh berfirman dalam al-Qur’an a (yang artinya):
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

Beliau (al-Hilali) pun menuturkan: “Manhaj Salaf adalah sebuah manhaj yang lurus tidak bengkok sedikitpun, jelas, tidak tercampuri oleh hal-hal yang dapat menyembunyikan (tujuan dakwahnya), terang, dan tidak ada kesamaan yang menyelubunginya, sehingga mudah dicerna oleh akal yang :d sempurna.”

2. Menelusuri jalan yang lurus

Cermatilah baik-baik firman Alloh (yang artinya):
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) kerena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. (QS. Al-An’am: 153)(lihat kitab Bashoir Dzawi asy-Syarof: 79-89)

Pokok Dakwah Salafiyyah

1. Mengikuti dan senantiasa berada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah berdasarkan pemahaman salafush sholih dan mengikuti jejak mereka

Al-Imam al-Mubajjal Ahmad bin Hanbal memberikan pengertian tentang ittiba’ (mengikuti) para salafush sholih, yaitu: “Orang yang mengikuti apa yang datang dari Rosululloh, sahabatnya, dan orang-orang yang datang sesudah mereka.” Dan beliau (Imam Ahmad) juga mengatakan: “Pokok-pokok Sunnah menurut kami adalah berpegang teguh dengan apa yang ditelusuri oleh para sahabat Rosululloh dan mengikuti mereka.” (al-Manhaj as-Salafi: 23)

Dan Alloh telah mengancam orang-orang yang menyeleweng dari sunnah Rosululloh dan sahabatnya serta menentang ajarannya dengan membiarkan mereka leluasa di dalam kesesatannya dan memasukkan mereka ke dalam neraka :c Jahannam. Sebagaimana firman Alloh (yang artinya): “Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. An-Nisa’: 115)

2. Memusnahkan segala bentuk kebid’ahan dan memerangi ahlinya

Di antara pokok dakwah salafiyyah yang menjadi misi utama di dalam mengembangkan dakwah Rosululloh yaitu dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah memusnahkan segala bentuk kebid’ahan dan memerangi ahlinya (pelakunya) dan para penyeru kebid’ahan. :t

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Alloh merahmatimu- bid’ah adalah perkara yang haram dikerjakan dan semua bid’ah adalah sesat. Perhatikanlah sabda Rosululloh: “Kemudian setelah itu, sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabulloh (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan sejelek-jelek perkara adalah perkara baru (dalam agama) yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim: 867)

Sedangkan kalimat “kullu”(setiap) dalam bahasa arab adalah termasuk lafadz-lafadz utuk menunjukkan makana umum (universal), maknanya: semua jenis bid’ah dalam agama adalah sesat dan inilah yang telah dipahami oleh para salafush sholih terdahulu, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari sahabat Abdulloh bin Mas’ud beliau mengatakan: “Ikutilah dan janganlah kalian mengadakan perkara baru dan sungguh kalian telah dicukupi, karena setiap bid’ah adalah sesat.”

Berkata Abdulloh bin Abbas: “Sesungguhnya perkara yang paling dibenci oleh Alloh adalah perbuatan bid’ah.”

Berkata Sufyan ats-Tsauri: “Bid’ah itu lebih dicintai Iblis ketimbang maksiat, karena kemaksiatan ada kemungkinan untuk taubat, sedang pelaku bid’ah sangat sulit untuk taubat.” (al-Manhaj as-Salafi: 64)

Demikian itu karena pelaku maksiat :t mengakui berbuat dosa sedangkan pelaku bid’ah menyangka mengamalkan agama.

3. Mengutamakan dakwah tauhid

Aqidah merupakan pondasi yang dibangun sejak zaman umat-umat terdahulu sampai sekarang. Perbaikan dan keselamatan umat sangat erat kaitannya dengan keselamatan aqidah mereka, sehingga ajaran yang diemban oleh setiap Rosul mereka menyeru kepada tauhid yaitu dengan beribadah semata-mata kepada Alloh dan memerangi segala bentuk kesyirikan.

Alloh berfirman dalam al-Qur’an (yang artinya):
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah thoghut itu. (QS. An-Nahl: 36)

4. Menuntut ilmu yang bermanfaat

Adapun diantara pokok dakwah salafiyyah adalah menuntut ilmu yang bermanfaat, yaitu syar’i atau yang berkaitan dengannya, semisalnya belajar tauhid untuk membenahi aqidah umat dari kesyirikan, belajar ilmu hadist agar dapat membedakan antara hadist shohih dan dhoi’if. Karena jika melihat kondisi umat sekarang ini banyak sekali umat Islam yang berbuat kesyirikan maupun kebid’ahan namun mereka tidak merasa kalau perbuatannya itu dosa besar, bahwa mereka beranggapan bahwa apa yang mereka kerjakan –seperti berbondong-bondong ke wali fulan, kyai, ataupun yang lainnya untuk bertawassul kepada mereka- termasuk bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada Alloh. Dan ini merupakan musibah :f besar. Oleh karena itu, perlu adanya para da’i atau penuntut ilmu untuk mendakwahkan kepada mereka supaya mereka mengetahui bahwa apa yang mereka kerjakan adalah perbuatan dosa besar.

5. At-Tashfiyah (penyucian syari’at) dan at-Tarbiyah (pendidikan)

Adapun yang dimaksud dengan at-Tashfiyah sebagaimana yang dituturkan oleh Syaikh Al-Albani adalah penyucian syari’at Islam dari hal-hal yang termasuk kedalamnya, seperti penyucian aqidah kaum muslimin dari paham kesyirikan dan khurofat, menyucikan sunnah nabawiyyah dari hadist-hadist dhoif atau maudu’ dan yang lainnya.

Dan yang dimaksud dengan at-Tarbiyyah adalah mendidik kaum Muslimin dengan syari’at yang sudah jernih (yang sudah di-tashfiyah/disucikan)

6. Memerangi kekelompokan (perpecahan umat)

Umat Islam adalah umat yang satu yaitu berjalan di atas al-Qur’an dan sunnah sesuai dengan pemahaman salafush sholih :L . Oleh karena itu, kelompok-kelompok islam yang keluar darinya yang memiliki pemahaman khusus (baik dalam aqidah, pemikiran, amal, dan dakwah) yang membedakan dengan kelompok lain lalu membangun wala’ dan baro’ (loyalitas/kecintaan dan permusuhan) di atas dasar pemahaman kelompok tersebut, maka dia celaka :( sebagaimana dalam hadist tentang 72 golongan yang masuk neraka.

Demikianlah wahai saudaraku sekalian, semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat bagi kita semua, dan semoga Alloh menjadikan kita semua sebagai hamba yang istiqomah dalam menjalankan syariat-syariat-Nya. :D

Wallohu A’lam. :L


Dikutip dari buletin Al-Furqon Th. Ke-2 Vol.6 No.4 (syawal 1428 H) :t

1 komentar:

Majelis Ilmu mengatakan...

Assalamualaikum, salam kenal saudara semiman

21 Desember 2017 pukul 06.53

Posting Komentar

 

2009 ·Hudamagazine by TNB