Oemah Jamur

Oemah Jamur
Inovasi Budidaya Jamur Tiram Putih

Bisnis UKM

Bisnis UKM
Informasi Peluang Bisnis UKM di Indonesia

Pengusaha Muslim

Pengusaha Muslim
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

Pertanian Indonesia

Pertanian Indonesia
Informasi Seputar Pertanian Indonesia dapat didapatkan di Sini

Pemuda dan Bidadari Bermata Jeli

Minggu, 27 Desember 2009


Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk siap-siap sejak senin pagi. Kemudian tiba-tiba saja ada yang membacakan ayat, “Sesungguhnya Alloh membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan menberi surga.” (At-Taubah: 111). Aku menyambut, “Ya, :L kekasihku.”

Laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi padamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aju telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga.”

Aku menjawab, “Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar :f dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.”

Laki-laki itu menjawab, “Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Alloh dengan harapan mendapat surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan.” Dia berkata, “Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua,...kalau orang kesayanganku mampu berbuat, mengapa kami tidak?” Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Alloh kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama yang tiba di tempat tersebut. Dia berkata, “Assalamu’alaika :) wahai Abdul Wahid.“ Aku menjawab, “Wa’alaikumsalam warahmatullah wa barokatuh, alangkah beruntungnya perniagaan ini.”

Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa di siang hari dan qiyamulail pada malam harinya. Dia melayani kami dan mengembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba di Wilayah Romawi. Ketiak kami sedang duduk-duduk pada suatu hari , tiba-tiba dia datang sambil berkata, “Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli.” Kawan-kawanku berkata, “Sepertinya laki-laki itu sudah mulai :x linglung.” Dia mendekati kami dan berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu kepada bidadari bermata jeli.” Aku bertanya, “Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli :t itu.” Laki-laki itu menjawab, “ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, “Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli !.” Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan yang sangat indah sampai-sampai aku tidak mampu untuk mengungkapkan keindahannya.

Ketika para pelayan itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, “Demi Alloh, suami bidadari bermata jeli sudah tiba.” Kemudian aku berkata, “Assalamu’alaikunna, :L apakah diantara kalain ada bidadari bermata jeli?.” Pelayan cantik itu menjawab, “Tidak, kami hanya sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan maju :L terus !.”

Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yanga mengalir air susu, tidak berubah rasa dan warnanya, berada disebuah taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan yang cantik :o dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku :L terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata kepadaku.”Demi Alloh, suami bidadari bermata jeli sudah tiba.” Kemudian aku berkata, “Assalamu’alaikunna,:L apakah diantara kalain ada bidadari bermata jeli?.” Mereka menjawab, “Waalaikumsallam wahai waliyulloh, kami hanya sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan maju terus !.”

Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamer berada di pinggir lembah, disana terdapat bidadari yang sangat cantik yang membuat aku lupa :o dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata, “Assalamu’alaikunna, apakah diantara kalian ada bidadari bermata jeli?.” Mereka menjawab, “Tidak, kami hanya sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan maju kedepan. ”

Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan bidadari-bidadari yang dangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita, :L membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku berkata, “Assalamu’alaikunna, apakah diantara kalain ada bidadari bermata jeli?.” Mereka menjawab, “Wahai waliyur-rahman, kami hanya sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan maju lagi. ”

Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi, didepan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapkan keindahannya :o . Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memaggil dari arah tenda, “Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang !”

Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, :$ bertahta intan dan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara ia menyambutku seraya berkata, “Selamat datang waliyur-rahman, telah hampir tiba kita bertemu.” Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, “Sebentar, belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, :) engkau akan berbuka puasa di kediamanku, insya Alloh.”

Seketika itu aku bangun dari tidurku, :D ”Wahai Abdul Wahid, kini aku sudah tak sabar lagi, ingin bertemu dengan bidadari bermata jeli itu.”

Abdul Wahid menuturkan, “Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas mengangkat senjata, begitu pula dengan lelaki itu.”

Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan sembilan orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan dia orang yang kesepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlumuran darah sementara bibirnya tersenyum :) yang mengantarkan pada akhir hidupnya.

Subhanalloh ! :L



Dikutip dari majalah elfata hal. 30-32, edisi 09 volume 07 tahun 2007. ;)

0 komentar:

Posting Komentar

 

2009 ·Hudamagazine by TNB